Kamis, 17 Juni 2010

KESEHATAN MENTAL II

KESEHATAN MENTAL II

1. MODEL-MODEL KONSELING

a. Psikoanalisis

Ada beberapa macam bentuk seseorang terkena atau terganggu jiwannya dalam psikoanalisis ini yaitu :
I. perkembangan seseorang di waktu masih kecil
II. berawal dari ancaman yang menyebabkan kecemasan dalam batinnya.
Ada 3 tekhnik dalam menyelesaikan masalah dalam Pikoanalisis ini yaitu :
1. asosiasi bebas
2. analisis mimpi
3. transparan
III. sosial model yang menyebabkan seseorang terkena jiwanya di sebabkan oleh, faktor sosial, lingkungan baik keluarga maupun masyarakat di sektar.
IV. Eksistensial adalah gangguan jiwa yang di sebabkan oleh tidak bisa menemui jati dirinya, tidak mempunyai tujuan hidup, dan benci terhadap dirinya sendiri.

2. DEVIASI
Deviasi adalah penyimpangan perilaku dari ciri-ciri masyarakat kebanyakan, dan diasi juga dapat di artikan sebagai perilaku kebanyakn orang, guannya adalah meliaht seseorang itu.
Maka Deviasi dan Deperensiasi adalah melihat cara dan bentuk seseorang atau melihat kesehatn jiwannya. Membedakan atau di marginalkan salah satu bentuk dari penyebab kesehatn mental orang bisa terganggu, kemungkinan-kemungkinan setelah di marginalkajn ini maka akan menimbulkan :
1. jahat
2. dan baik


macam-macam deviasi antara lain :
A. deviasi individual
B. deviasi situasional
C. deviasi konseptual

3. MENTAL DIS ODER
Mental disoder adalah gangguan, atau kelainan mental, atau kekalutan mental. Penyebabnya ada 3 bentuk antara lain adalah :
A. biologis
B. pemaksaan bathin secara salah
C. sosial culture

4. PSIKOSA FUNGSIONAL
Psikosa fungsional adalah gangguan jiwa pada fungsinya, fungsi di sini
adalah :
1. berfikir ( pikirannya )
2. moral ( perasaanya )
3. kelakuan ( tabiatnya )

penyebabnya dalah tekanan yang ada, ciri-cirinya antara lain :
1. sedih
2. merasa tidak mampu
3. senang berlebihan
4. authisme ( keterbelakangan mental )

psikosa fungsional intinya adalah tidak berjalannya fungsi-fungsi yang ada dalam diri manusia tersebut maka terjadilah mental disoder. Ciri-ciri psikosa fungsional lainnya adalah :
Waham : adalah sesuatu yang tidak nyata di katakan nyata
Nama-nama penakit psikosa fungsiaonal antara lain adalah :

1. skizoferenia yang artinya adalah pemikiran yang pecah. Skizofernia di sebabkan oleh di organisasi
2. paranoid : adalah orang yangberfikiran ekstrim yang akan menimbulkan delusa seakan-akan nyata dalam penyesuian dan ketakutan, paranoid banyak di derita oleh laki-laki.
3. halusinasi adalah : mencoba untuk mendengarkan otak, bebicara, antara otak yang jahat dan otak yang baik.

5. PENOMENA BUNUH DIRI
Artinya adalah terjadinya atau keluarnya dari arah sebelumnya dan lari dari kenyataan. Ada 2 cara yaitu :
1. dilakuan di tempat sunyi
2. dilkukan di tempat yang ramai
orang yang tertutup cenderung pada bunuh diri di tempat-tempat ramai, untuk di perhatikan, penyebabnya adalah kekecewaan.
Yang menyebabkan seseorang bunuh diri adalah kebuntuan untuk mencari jalan keluar, dan solusi menurut dia adalah mati, mengapa dikatakan fenomena karena ada style, atau gaya.

6. PSIKOPAT
Penyebab seseorang Psikopat adalah kelainan otak, faktor lingkungan, seperti seorang anak yang dendam sama orang tuannya, di karenakan orang tuannya selalu memukul di sewaktu dia masih kecil.
Orang Psikopat cenderung orang yang pintar seperti dokter, yang membedah manusia yang tidak punya rasa kasihan ( empati ), orang Psikopat juga terdapat pada kalangan politikus, dan penyakit ini tidsak bisa di sembuhkan, dan penyakit ini dapat dilihat ketika masih kecil ( sudah nampak ).

KONSELING II

Konseling II
1. TEKHNIK UMUM KONSELING
Pada dasrnya tekhnik umum konseling itu terbagi ke dalam 4 , antara lain adalah :
1. pemberian perilaku attending.
2. empati
3. refleksi
4. eksllorasi
Guna ke 4 tekhnik tersebut adalah membangun hubungan, menurut teori IVY :
1. Ateending
Attending adalah posisi di mana seorang konselor menerima kliennya dalam bentuk bahasa, tatapan mata, ataupun bahasa lisan. Dan gunannya bagi seseorang itu untuk membangun klien terhadap konselornya, dan meningkatkan kenyamanan seorang klien tersebut.
Yang tercakup ke dalam Attending ini adalah : pasing ( menyamakan ) dan lading ( memimpin ). Kalau tidak adsa pasing dan lading maka tidak akan menbangun sebuah hubungan tersebut.
2. Empati
Adalah kemampuan seorang konselor untuk dsapat merasakan apa yang di rasakan oleh klien nya tersebut, merasa dan berpikir sama dengan klien tapi bukan harus sama ( kelakuan klien tidak harus kita turuti ).
Empati tiu terbagi kedalam 2 bagian yaitu :
a. empati primer
b. empati tertinggi.
3. Repleksi
Adalah memantulkan kembali perasaan yang sedang di ceritakannya, repleksi ini terbagi ke dalam 3 bagian antara lain adalah :
I. perasaan
II. repleksi pikiran
III. pengalaman.


4. Eksplorasi
Adalah sebuah tekhnik bagai mana seorang konselor menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman-pengalaman seoramng klien.
2. KETERAMPILAN KONSELING ADALAH MENDENGARKAN
DENGAN AKTIF
Di dalam konseling pada intinya ada hubungan baik antara konselor dengan kliennya, dan hubungan itu biasannya di sebut dengan hubungan Interpersonal. Kemampuan interpersoanl tidak datang dengan mudah kalau tanpa belajar bagai mana menyesuaikan dengan diri kllien caranya adalah :
a. sering bergaul dengan klien tersebut
b. memahami bagaimana cara membuka diri klien tersebut
c. berbagi perasdaan, pikiran, dengan klien kita tersebut.
Mendenagrkan disini bukan hanya mendengar begitu saja, namun harus memahami apa yang di sampaikan oleh klien kita tersebut. Mendengarkan efektif itu ada 4. yaitu :
a. mengerti apa yang di katakan klien
b. ada kesan yang di dapat, seperti sedih, dan senang
c. menikmati pembicaraan
d. belajar dari pengalaman klien tesebut
e. barulah menberikan bantuan
akibat konselor rusak nama baikknya adalah :
1. membandingkan klien satu dengan yang lainnya
2. membaca pikiran seorang klien
3. mengualng kata atau pertanyaan
4. mengatakan klien kita itu bersalah atau mendakwahinnya
5. bertengkar denga klien
6. mebenarkan diri sendiri

3. DIAGNOSA
Dalam bahasa Diagnosa adalah membedakan, sedangkan dalam istilah adalah merupakan tahapanuntuk menetapkan masalah yang sedang di alami klient.
Diagnosa sifatnya lentur, kaitannya dengan pengalaman, dan diagnosa harus melihat latar belakan klin tersebut. Baik itu dilaihat dariu segi ekonomi maupun pisiknya.

4. LONG TERM CARE ( PENDAMPING YANG PANJANG )
Long Term Care ini biasa di gunakan oleh para pastor dan sesuai denagn penyakit dsalam tubuhnya yang berkemungkinan kecil untuk sembuh, gunannya untuk memberikan motivasi agar bisa berdiri kembali, dan memberikan emosi-emosi positif agar mengembalikan semangat klien tersebut.
Orang yang sedang terkena AIDS, dan kemungkianan untuk hidup sanagtlah tipis, dan hal-hal seperti inilah yang menjadi wilayah kajian Long Term Care. Setelah seseorang ini di ponis oleh seorang pastor, dan orang ini menyangkala, maka di sisnilah tugas seorang konselor berlaku bagaimana meberiakan motivasi agar dia bisa bangkit kembali.

5. KONSELING TRAUMA
Trauma adalah pengalam yang m,ebekas yang menyebabkan luka bathin atau jiwannya, otak manusia ada 3 macam bentuk yaitu :
a. jangak pendek
b. ingatan jangka panjang
c. masa lalu yang di panggil
Di sisni yang harus di hilangkan adalah kata menjenderkan ( menyamakan )., apabila berhasil menghilangkan kata-kata sama maka konseling itu efektif, dan cara yang paling efektif adalah memaafkan.

6. KOMPETENSI
Kompetensi dapay di bagi ke dalam 2 bagian yaitu :
1. proses akademiknya
a. harus memahami konseling
b. mengetahui karekteristik klien
c. menguasai landasan dan kerangaka teorimemandirikan klien
d. harus bisa mengembangkan pribadi klien
2. propesionalitas
a. konselor harus beriman
b. menunjukkan integritas, stabilitasanya sanagt kuat
c. memahami kode etik konseling
d. peka dan bersifat empati
e. harga yang di terapkanpunya budi pekerti yang baik
f. disiplin
7.COACING
Coacing artinya adalah kepemimpinan, agar klien tersebut mampu mengendalikan dirinya sendiri, sedangkan hubungannya dengan konseling adalah bagaimana konselor menjadikan kliennya ini menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Gunannya antara lain adalah :
1. memberikan pelatihan
2. menggerakkan
3. memonitor

Coacing tidak seperti guru yang memimpin muridnya, melainkan menyamakan guru dengan muridnya tersebut. Coacing harus melihat latar belakang kliennta terlebih dahulu baik itu dari segi ekonomi, fisik dll. Cara mendapatkan informasi tentang klien ini maka kita harus memerlukan orang ke 3 yaitu keluargannya.

8. CLIENT CENTERED
Pandangan Carl Roges manusia itu semuannya baik dan positif namun dikarenakan ia terkurung sehingga membuat ia terkena masalah, dan masalah hanya tertuju pada satu masalah saja ( terisolasi ).
Menurut Carl Rogers yang di sebut maslah itu adalah seseorang iru tidak bisa terbebas dari masalah yang sedang di hadapinya, dan cara penyembuhannya adalah dengan mengeluarkan semua ide-ide yang cemerlang.
Secara spesifil Clien Center ini tidak mempunya tekhnikmelainkan dengan cara berempati dan kemampuan seorang konselor.

Dan yang harus di lakukan adalah meminoring ( pengacaan ) dalam bahasa artinya memeta modekan, maksudnya adalah mengkotak-kotakkan apa-apa saja masalah klien tersebut.
Yang paling utama dalam Clien Center ini adalah memehami semua teori, dan teori itu adlaha :
a. pandangan tentang manusai
b. apa yang menyebabkan ia bermaslah
c. metode apa yang harus di laksanakan

9. POSPOSINDRUM
Posposindrum adalah situasi dimana seseorang takut akan kehilangan jabatan, pangkat, dan kedudukan. Orang yang mengalami penyakit ini akan membahayakan dirinya dan orang lain, karena penyakit ini tergolong penyakit yang agresif. Sedangkan cara penyembuhannya adalah meneriam semuannya dengan lapang dada dan memberiak penyadaran. Dan penyebabnya dalah ti9dak bisa menberima semua apa yang telah di alaminya.
Cara menentukan seseorang itu terkena posposindrum adalah dengan cara menilai kualitas mental dan imannya, apabila mental dan imannya kuat, maka ia akan berpikir yang p[ositif dan tidak akan terkena posposindrum, sebaliknya iman dan mentalnya lemah maka ia akan berpikir negatif dan sudah pasti terkena posposindrum.

10. PENDEKATAN KONSELING RASIONAL EMOTIF TERAPI
Pendekatan konseling rasional emotif terapi adalah bagai mana kita melihat dengan jelas dengan mata kepala kita ( Fakta ). Artinya merasasionalkan semua dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya, manusia dalam pandangan rasional emotif terapi itu ada 2 yaitu :
1. rasional
2. irasional
Rasinal emotif terapi yang benar adalah bagaimana cara seorang konselor menyamakan dengan kemampuan kliennya tersebut.

Bimbingan Konseling I

BAB II
PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. PENGERTIAN BIMBINGAN
Pengertian bimbingan bila dilihat dalam bentuk akronim yaitu sebagai berikut:
B = Bantuan
I = Individu
M = Mandiri
B = Bahan
I = Interaksi
N = Nasehat
G = Gagasan
A = Asuhan
N = Norma
Dengan demikian, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar mandiri, dengan menggunakan berbagai bahan, interaksi, nasehat, gagasan, dalam suasana asuhan dan bedasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan menurut beberapa para ahli yaitu:
1. Menurut Chiskolm, dalam Mc Daniel 1959, bimbingan adalah membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
2. Menurut Tiedeman, dalam Bernard dan Fullmer 1969, bimbingan adalah membantu seseorang agar menjadi berguna, tidak sekadar mengikuti kegiatan yang berguna.
3. Menurut Montense & Schmuller1976, bimbingan adalah bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara mana setiap indipidu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi.
4. Menurut Smith, dalam Mc Daniel, 1959, bimbingan adalah sebagai proses layanan yang di berikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampelan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana dan interprestasi-interprstasi yang diperlukan untuk penyesuaian diri dengan baik.
B. PENGERTIAN KONSELING
Pengertian konseling di jadikan akronim dengan arti:
K = Keseimbangan
O = Organisasi
N = Nurani/hati
S = Seseorang
E = Emosi
L = Labil/Stabil
I = Bagi Insani
N = Yang Memiliki
G = Agar Guldance

Pengertian koseling menurut para ahli
1. Menurut Smith dalam Shertzer dan Stone (1974) konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu koseli membuat interpretasi-interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuian yang perlu di buat.
2. Menurut Mc Daniel (1956) Konseling adalah suatu pertemuan lansung dengan individu yang di tujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan diri nya sendiri dan lingkungan.
3. Menurut Berdnard & fulimer (1969) Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu yang bersangkutan untuk berprestasi ketiga hal tersebut.
4. Mennurut Burk danSteffle (1979) yang di kutip latif pun (2001) Konseling mengidenfikasikan hubngan professional antara konselor terlatih dengan klien, hubungan yang terbentuk biasanya bersifat individu ke individu, kadang juga melibatkan lebih dari satu orang suatu missal keluarga.
5. Menurut Division of Conseling Psychologi, Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan untuk mencapai perkembangan yang optimal yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setaiap waktu.
BAB III
FUNGSI, TUJUAN, DAN AZAS-AZAS DAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
Fungsi-fungsi bimbingan dan konseling itu banyak, dan dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
1. Fungsi pemahaman Dalam fungsi pemahaman. Terdapat beberapa hal yang perlu kita pahami, yaitu:
a. Pemahaman tentang masalah klien. Dalam pengenalan, bukan saja hanya mengenal diri klien, melainkan lebih dari itu, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungan klien.
b. Pemahaman tentang masalah klien
c. Pemahanman tentang lingkungan yang ”Lebih Luas”. Lingkungan klien ada dua, ada sempit dan luas. Lingkungan sempit yaitu kondisi sekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu, contohnya rumah tempat tinggal, kondisi sosio ekonomi dan sosio emosional keluatga, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan yang lebih luas adalah lingkungan yang memberikan informasi kepada individu, seperti informasi pendidikan dan jabatan bagi siswa, informasi promosi dan pendidikan tempat lanjut bagi para karyawan, dan lain-lain.
2. Fungsi pencegahan Fungsi pencegahan ini berfungsi agar klien tidak memasuki ketegangan ataupun gangguan tingkat lanjut dari hidupnya agar tidak memasuki hal-hal yang berbahaya tingkat lanjut, yang mana perlu pengobatan yang rumit pula.
3. Fungsi pengentasan Dalam bimbingan dan konseling, konselor bukan ditugaskan untuk mengental dengan menggunakan unsur-unsur fisik yang berada di luar diri klien, tapi konselor mengentas dengan menggunakan kekuatan-kekuatan yang berada di dalam diri klien sendiri.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala yang baik yang ada pada diri individu, baik hal yang merupakan pembawaan, maupun dari hasil penembangan yang telah dicapai selama ini. Dalam bimbingan dan konseling, funsi pemeliharaan dan pengembang dilaksanakan melalui berbagai peraturan,kegiatan dan program.

B. TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Tujuan bimbingan dan konseling diantaranya adalah:
1. membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangannya dan tuntutan positif lingkungannya.
2. membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interprestasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilanyang tepat berkenaan dengan dirinya sendiri dsan lingkungannya.
3. memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenal segala kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berkenaan dengan bakat, kemampuan, minat, sikap, dan perasaannya.
4. memahami lingkungannya dengan baik, meliputi lingkungan pedidikan, pekerjaan, dan sosial masyarakat.
5. membuat pilihan dan keputusan bijaksana, yaitu tentang diri dan lingkungan.
6. mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sendiri.
7. memberi keterampilan, keterampilan dan pengetahuan dan jangkauan kepada berbagai sumber daya.
8. membantu klien menanggapi masalah-masalah dalam kehidupan klien.

C. AZAS-AZAS BIMBINGAN DAN KONSELING
Azas-azas dalam bimbingan dan konseling yaitu:
1. Azas kerahasiaan Azas kerahasiaan ini merupakan azas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling sehingga segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, terlebih lagi tentang hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
2. Azas kesukarelaan Dalam proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak klien maupun konselor. Klien diharapkan secara suka rela tanpa ada keraguan ataupun merasa terpaksa, mengungkapkan segala fakta, data dan seluk beluk berkenaan dengan dengan masalahnya itu kepada konselor dan konselor memberikan bantuan dengan keikhlasan.
3. Azas keterbukaan Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan baik dari klien maupun konselor. Diharapkan masing-masing pihak dapat berterus terang tentang dirinya sendiri sehingga dengan keterbukaan ini penebahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan klien dapat dilaksanakan.
4. Azas kekinian Kita hidup didunia ini terdapat tiga ruang waktu, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa akan datang. Masa kini atau sekarang dipengaruhi oleh masa lalu, masa sekarang akan menentukan masa akan datang, jika sekarang baik maka masa akan datang akan baik pula, dan sebaliknya. Masalah yang diselesaikan oleh konselor terhadap klien bukan masa lalu, dan masa yang mungkin akan terjadi, jadi yang diselesaikan adalah masa sekarang. Konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan.
5. Azas kemandirian Azas kemandirian ini bertujuan agar klien bisa berdiri sendiri atau tidak tergantung pada orang lain, sehingga dapat: mengenal dirinya, lingkungannya, potensi, dan dapat mengambil keputusan.
6. Azas keahlian Dalam usaha bimbingan dan konseling, haruslah ditangani oleh seorang yang ahli atau profesional terhadap bimbingan dan konseling, sehingga proses konseling dapat terlaksana secara teratur, sistematik, sesuai dengan prosedur, mempunyai teknik dan alat yang memadai. Selain itu azas ini mengacu kepada klasifikasi, juga kepada teori dan praktek bimbingan dan konseling perlu dipadu.
7. Azas alih tangan Azas ini digunakan apabila seorang konselor tidak sanggup menanggapi masalah klien, sedangkan ia telah mengerahkan segala kemampuan untuk membantu klien namun masalah klien belum terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Maka dengan demikian konselor tadi perlu mengirimkan klein kepada tenaga yang lebih ahli lagi atau ke konselor yang tepat.
BAB IV
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. LANDASAN FILOSOFIS
Landasan adalah dasar, pondasi, awalan. Landasan perlu ada untuk manusia agar menusia berfikir mana baik dan mana yang buruk. Landasan filosofis membahaskan pada tiga hal, yaitu logis (ilmiah), etis (moral), dan estetis (ketuhanan, seni). Landasan filosofis mengungkapkan bahwa manusia itu hakiki (kebenaran) yang bersikap positif atau bebas sehingga ia dapat mengetahui jalan keluar dari setiap problem dalam hidupnya, yang mana hal itu dapat terjadi melalui proses belajar.
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
Landasan sosialogis ini mencakup dua bidang, yaitu bidang sosial dan bidang budaya. Manusia hidup dalam lingkungan sosial yang berbudaya. Budaya akan membentuk bahasa yang khas bahasa suatu lingkungan, komunikasi verbal dan non verbal yang berbeda pula. Lingkungan akan membentuk prilaku individu. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, jadi jika ada masalah, lalu terasing dalam lingkungannya, maka akan timbul rasa kecemasan-kecemasan pada dirinya. Disinilah bimbingan dan konseling berperan akan kehidupan dalam lingkungannya dapat berjalan normal sebagaimana mestinya.
C. LANDASAN IPTEK
Ilmu adalah sesuatu yang dapat diuji dan ada objek, metode, sifatnya universal atau menyeluruh. Pengetahuan adalah sesuatu yang kita tahu lalu kita beri nama apa yang kita tahu itu. Teknologi terdiri dari dua kata pembentuk, yaitu sains dan perekayasaan, yang mana tujuannya untuk mempermudah membuat solusi lahir dari setiap peradaban. Konseling juga menggunakan iptek, kerjasama ini bertujuan untuk mempermudah peradaban dalam berkonsultasi.
Adapun alat yang bisa digunakan untuk membantu proses bimbingan dan konseling melalui alat media dan teknologi, yaitu:


1. Komputer Pesatnya perkembangan teknologi komputer ini memang sebagai jawaban untuk akses data atau informasi.
2. Audio Perkembangan peralatan audio saat ini jiga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Peralatan audio yang dipergunakan dalam proses bimbingan dan konseling seperti tape rekorder, yang gunanya adalah untuk merekam sesi konseling.
3. Peralatan Visual Alat visual dapat bermacam-macam ragamnya seperti video player dan VCD/DVD Player.

BAB V
HELVING PROFESIONAL
Istilah konseling bermula pada 200 tahun yang lalu (dimulai dari tahun 1950) atau akhir abad 19 sekitar abad 20. Sebelumnya segala persoalan diselesaikan di gereja, jadi jika ada masalah-masalah maka akan diselesaikan oleh pendeta yang dilakukan melalui pengakuan dosa yang dilakukan didepan umum dan tidak boleh dirahasiakan. Masa ini mengatasi masalah dengan agama, dalam filsafat zaman ini disebut zaman kegelapan, karena segala keputusan ada pada agama.
Setelah revolusi industri, semua bentuk itu berubah dari sosialis ke materialis, yang mana kalau sosialis itu yang bekerja manusia, sedangkan materials yang bekerja mesin. Perubahan pemekerja dari manusia ke mesin ini mengakibatkan banyak manusia yang kehilangan pekerjaan sehingga banyak yang sakit mental menghadapi hal yang seperti ini.
Dengan timbulnya sakit jiwa itu maka timbullah ilmu kesehatan mental atau ilmu psikiatri yang menggunakan tenaga medis. Namun cara ini bukanlah solusi yang benar, maka timbullah ilmu psikoterapi oleh Sigmun Freud yang mempunyai sesi-sesi yang banyak dalam penyelesaian masalahnya. Mulanya Sigmun Freud menggunakan cara hipnotis atau hipnotisme, namun cara ini gagal. Kemudian ia mencoba teory psikonalisa, bahwa manusia itu bermasalah karena tidak sesuai dengan libidonya. Psikonalisa ini dilakukan melalui terapi dengan menggunakan teknik analisa mimpi, analisa bebas.
Kemudian ada seorang ahli yang bernama C. Rojes yang membawa teori klien center, disinilah konseling timbul. Dalam hal ini penyelesaian masalah dilakukan dengan menggunakan sesi-sesi yang sedikit, sehingga cepat dalam penanganan, karena masalah itu hanya bisa diselesaikan oleh klien (klien center).

BAB VI
PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling dalam praktek atau yang sering diterapkan adalah:
1. Membuka diri untuk semua orang
2. Menjadi pendengar yang baik
3. Bersama mencari atau memberi solusi, hal ini dilakukan jika klien benar-benar down
4. Kesediaan untuk berubah
Menurut teory yang ada, dalam buku Prayitno mengemukakan beberapa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, yaitu:
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, Jenis kelamin, suku, bangsa , agama, dan status ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling serurusan dengan sikap dan tinkah laku individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik, oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekompleksan pribadi individu.
c. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu itu sendiriperlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan dan permasalahannya.
d. Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung factor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan mengembangkan penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengalaman dan harus mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu.
e. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di lingkungan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental atau fisik individu.
b. Keadaan sosial, ekonomi, dan budaya merupakan faktor timbulnya masalah pada individu dan hal itu semua menuntut perhatian yang saksama dari konselor dalam mengatasi masalah klien.

3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi individu, masyarakat, dan lembaga.
c. Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan, misalnya dari anak-anak sampai dewasa, dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
d. Pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penialaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dan pelaksanaannya.

4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan
a. Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu, oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diuruhkan untuk mengembangkan klien agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi setiap kesulitan dan permasalahan yang dihadapi.
b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh individu hendaklah atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari konselor.
c. Permasalahan klien harus ditnagani oleh tenaga ahli atau konselor yang profesional dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d. Adanya kerjasama antara konselor, guru, orang tua sangat menentukan hasil pelayanan bimbingan dan konseling.
e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri.
f. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan yang profesional, jadi harus dilaksanakan oleh tenaga ahli ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latiahan khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.

BAB VII
KOMPONEN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING
Komponen adalah bentuk atau bagian, jadi komponen dasar bimbingan dan konseling adalah apa saja yang menjadi bagian dasar dari bimbingan dan konseling itu sendiri, sehingga dalam prosesnya akan berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk komponen dasar konseling yaitu:
1. Konselor Konselor adalah orang yang ahli dibidang konseling, sehingga dapat memberikan pelayanan dan bantuan kepada klien. Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang konselor, yaitu:

- mempunyai wawasan yang luas
- pribadi yang menarik
- harus memiliki sifat yang ramah, mengetahui dan memahami setiap apa yang dikatakan oleh klien atau data-data klien, apa yang dikatakan klien haruslah dipelihara atau dipegang karena dalam konseling itu terdapat azas kerahasiaan.
- Konselor harus bersifat sabar untuk mendengarkan agar dapat memahami dari apa yang diceritakan terhadap data-data yang harus dipelihara agar dapat memberi solusi.
- Konselor harus bersifat humoris agar proses pelayanan tidak kaku
2. Klien Klien adalah orang yang membutuhkan bantuan atau pelayanan dari seorang ahli guna mendapat jawaban atau solusi.
3. Ruangan Dalam proses pelayanan konseling harus mempunyai ruangan-ruangan tertentu agar terbentuk ruangan yang nyaman dan bagus untuk berkonsultasi dan jauh dari gangguan-gangguan yang bisa mengganggu proses konseling tersebut. Ruangan yang ideal adalah 8 X 8 meter Diantara ruangan yang harus dimiliki adalah:
- ruang data, yaitu ruangan berkenaan dengan administrasi
- ruang tamu, yaitu ruang tempat menunggu
- ruang bimbingan individual, yaitu ruang proses pelayanan yang mana konselor yang hanya melayani seorang klien
- ruang bimbingan kelompok, yaitu ruang proses pelayan yang mana konselor melayani orang banyak atau kelompok
- ruang relaksasi, yaitu ruangan yang penuh dengan kenyamanan
- ruang kerja, yaitu ruang khusus untuk konselor
4. Sesi Sesi adalah jumlah pertemuan dalam proses pelayana antara konselor dan klien. Biasanya sesi dilakukan lima sampai 10 sesi.
5. Teknik Teknik yang digunakan dalam pelayanan itu tergantung yang mana cocok terhadap klien. Teknik yang paling banyak dan paling sering digunakan adalah teknik klien center.
6. Kontrak kerjaKontrak kerja harus ada, bertujuan agar proses bisa lancar, ada kesepakatan dan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Senin, 14 Juni 2010

Kesehatan Mental I

KESEHATAN MENTAL I
1. Pengertian
Heygine => mental => jiwa
Ilmu kesehatan mental itu adalah : ilmu yang mempelajari mengenai kesehatan mental jiwa manusia, agar manusia terbebas dari gangguan jiwa atau suasana hati. Pengertian mengenai kesehatan beragam ungkapnya. Berikut ini adalah beberapa pengertian tersebut:
1. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa
( neurose ).
2. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana dia hidup
dan berinteraksi.
3. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
4. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh
antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan
dan kemampuan diri.
Heygiea adalah dewi kesehatan yang berasal dari negeri yunani, hati dalam bahasa arab adalah Qolbu, yakni hati yang berbolak balik, sehingga menggangu suasana hati atau ketenangan hidup.
Pribadi yang tidak seimbang manyababkan penyakit mental atas penomena, ketakutan, irihati, Dll. Mental yang sehat dapat bertindak secara efesien, memiliki tujuan hidup, dan jasmani yang sehat, punya tenaga dan stamina. Mental yang tidak seimbang apabila diri dengan gangguan batin /hati / suasana hati yaitu: Tidak memiliki tujuan hidup, tidak dapat mencapai tujuan hidup, sehingga tercipta pribadi yang tidak harmonis.



Mental yang seimbang akan mengeluarkan aura diri tanpa ganguan batin atau hati maka akan menimbulkan :

1. memiliki tujuan hidup.
2. dapat mencapai tujuan itu
3. pribadi yang harmonis
Konsep awal ilmu kesehatan mental adalah : ilmu yang menyeimbangi jiwanya dan membebaskan manusia atau insan dari ganguan jiwa dan kesulitan hidup.
Tujuan kesehatan mental
Adapun tujuan dari ilmu kesehatan mental ini adalah :
a. menyehatkan jiwa.
b. Mencegah dari hal-hal yang menyebabkan gangguan jiwa
c. Penyembuhan
d. Membina jiwa.
Bentuk-bentuk Kesehatan Mental
1. Klasik => orientasi yang dapat di lihat oleh mata
2. penyesuian diri => mapu mengembangkan diri dengan lingkungan
Hygiea adalah dewi kesehatan yang bersal dari yunani dan heygiea berarti ilmu kesehatan, sedangkan mentalberasal dari kata latin mens, atau mentis, artinya jiwa, roh, sukma, semangat, mental heygie disebut pula dengan heygie psyche, artinya nafas, asas kehidupan, hidup, jiwa, roh, sukma, dan semgangat.

2. Fungsi dan Tujuan Mempalajari Kesehatan Mental
A. Fungsi mempelajari kesehatan mental adalah:
a) Pencegahan, Pencegahan akan ketidakpuasan atau tidak terpenuhi segala kebutuhan. Pencegahan dilakukan agar terpenuhinya rasa cinta atau rasa sayang yang menimbulkan jiwa seseorang aman.
b) Perbaikan, Kesehatan mental berfungsi agar individu dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, akhirnya ia dapat diterima oleh lingkungannya maka akan timbul rasa aman pada diri individu tersebut.
c) Pengembangan, Kesehatan mental berfungsi untuk mengembangkan individu agar terhindar dari kecemasan, yang mana apabila kecemasan yang berlebihan itu akan menyebabkan gangguan jiwa. Sehingga apabila individu itu terhindar dari kecemasan-kecemasan, maka akan menimbulkan rasa aman.
B. Tujuan Kesehatan Mental
Tujuan mempelajari kesehatan mental adalah :
1. Menyehatkan jiwa, Tujuan mempelajari kesehatan mental yaitu menyehatkan kesehatan jiwa karena kita tahu dengan apa yang menyebabkan ganguan jiwa sehingga tercipta mental yang normal.
2. Mencegah hal-hal yang menyebabkan gangguan jiwa
3. Membina jiwa agar tidak terkena gangguan mental / jiwa, sehingga tercipta rasa aman, diterima dalam lingkungannya, dan lain-lain.
3. Normal dan Abnormal
Normal adalah seimbang dan seimbang itu juga dapat di katakan serasi dan juga terpenuhi, apa yang di seimbangkan oleh normal, jasmani dan rohani, apa yang di serasikan oleh normal, lingkungan sosial dan budaya, apa yang terpenuhi oleh normal, adalah kebutuhan.
Apabila tidak menyeimbangi serasi, dan terpenuhimaka kan timbul abnormal, dan abnormal menimbulkan sikap yang jahat, dengki, hasut,
Normal dan Abnormal tidak bisa di artikan yang sesungguhnya belumdapat di ketahui sampai sekarang karna Normal dan Abnormal sama memaknai ukuran, seseorang di katakan Normal mapu beroreantasi dengan lingkungannya, dan sebaliknya apabiala seseorang itu tidak bisa beoreantasi dengan lingkungannya maka dapat di katakan sebgaia abnormal.
Normal dan Abnormal dalam kesehatan mental :
1. orang yang normal akan dapat mengahdapi realitas yang di hadapinya
2. orang yang Abnormal maka ia akan lari dari realita ini.

4. Konsepsi yang Salah Mengenai Hygiene Mental
Konsepsi adalah pandangan, data, hal-hal yang mengenai pendapat, bentuk. Diantara konsepsi yang salah mengenai hygiene mental adalah:
1. Penyakit mental adalah herediter, merupakan penyakit warisan atau keturunan
2. Penyakit mental tidak bisa disembuhkan
3. Penyakit mental timbul secara tiba-tiba
4. Penyakit mental adalah satu noda hitam
5. Penyakit mental adalah satu peristiwa tunggal. Penyakit mental bukan peristiwa yang tunggal, ia diakibatkan oleh: tekanan uktasi stress depresi gila atau psikopat.
6. Seks merupakan sebab dari timbulnya penyakit mental
Sebab-Sebab Konsepsi yang Salah Mengenai Hygiene Mental
Sebab-sebab kensepsi salah adalah: sejarahnya sejak zaman nenek moyang yang memeluk kepercayaan animisme (percaya pada roh-roh), mereka menganggap bahwa penyakit mental itu disebabkan oleh roh-roh jahat, jin, dan setan. Penyakit mental juga dikatakan sebagai noda hitam yaitu akibat dari dosa, karma, kesalahan-kesalahan, dan lain-lain. Lalu memasuki zaman naturalisme, zaman ini memperbaiki pendangan-pandangan yang salah tersebut.
5 . Sejarah gerakan Hygiene Mental.
Sejarah adalah masalalu atau juga di sebut dengan sebuah kronrlogis, sejarah ini penting, karena sejarah dapat di pelajari agar tidak terjerumus atau memperbaiki masa lalu dan mempunyai waktu ini juga merupakan asset sejrah agar menjadi bangsa yang besar, dan yang ada di dalam sejarah itu adalh zaman, gagasan, bangsa, dan para pejuang.

Awal sejarahnya hygiene Mental ini dalam bahasa kartini katono menyebutkan pada awalnya adalah animisme kepercayaan pada masa lalu yang cara pengobatannya dengan di bunuh.
Pada zaman naturalisme ini mematahkan pandangan di atas, zaman ini menyebukan bahwa alam lah penyebab Heygine Mental dan caranya di manusiawikan ( menjadikan manusia yang belum manusiawi ) sifat Hygiene Mental.
Pada zaman inilah bayak pendapat tentang Hygiene Mental, salah satunya adalah Rendix yang membawa selama 12 tahun mengadakan penyuuhan, seminar, agar merubah pandangan pada zaman-zaman yang di atas.
Clifort Withing Beers, sebetulnya sudah mengeluarkan pandangan-pandangan terhadap Hygiene Mental, hanya sebuah pandangan dan di simpulakn oleh seseorangyang bernama Aldof Mayer, dan dialah yang mencetuskan ilmu Hygiene Mental.
Di dalam sejrah yang terpenting adalah :
1. cara pengumpulan data
2. memberi sebuah nama
3. memanusiakan manusia
4. pendirian dari masa ke masa agar dapat di ukur
5. perkembangan mulai dari hipokratis
6. sejarah itu penting agar punya program awal
Ghazali mengeluarkan bahwa Hygiene Mental adalah kesehatan seseorang, tergantung akibat kesalahn terhadap tuhan.


6. Karektristik Mental yang Sehat
Karakteristik adalah ciri-ciri, bentuk, keadaan. Karakteristik ini berguna untuk memahami dan mengetahui bagaimana ciri dari mental yang sehat. Karakteristik mental yang sehat adalah:
1. Terhindar dari penyakit jiwa, hidup jauh dari alam bawah sadar.
2. Dapat menyesuaikan diri, mampu memenuhi kebutuhan.
3. Dapat memanfaatkan potensi
4. Dapat tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain.
Perbedaan Neurosa dan Psikosa.
Neurosa adalah ganguan jiwa, belum keluar dari dunianya, dan program diri masih ada. Contohnya: stres, depresi. Sedangkan psikosa adalah penyakit jiwa, yang mana ia sudah keluar dari dunianya atau mempunyai alam sendiri. Cara mengobati psikosa yaitu perlu di rawat, contohnya gila.
Didalam jiwa manusia terdapat alam sadar dan alam bawah sadar. Alam sadar adalah alam yang bersifat logika, ilmiah, analistis. Sedangkan alam bawah sadar adalah salam yang bersifat pengalaman, kekecewaan, moral, ketakutan, keyakinan. Apabila orang yang jauh dari alam sadar dan alam bawah sadar atau keluar dari alam tersebut maka akan mengakibatkan penyakit jiwa, seperti gila. Orang yang bermental sehat yaitu orang yang seimbang antara alam sadar dan alam bawah sadarnya, seperti jika ada perngalaman buruk maka akan dijadikan pelajaran, sedangkan orang yang mentalnya tidak sehat, maka pengalaman itu dijadikan sebagai balas dendam.




7. Penyesuain Diri
Kesehatan mental sebetulnya di liputi oleh 3 hal :
1. gejala masalah : neorosis, psikosis.
2. respon masalah : normal dan abnormal.
3. bentuk maslah : personal, sosial, keluarga dll. Dan inilah penyebab dalam kesehatan mental.
Pengertian penyesuian mental : adalah suatu respon dalam memenuhi kebutuhan untuk dapat mengatasi ketegangan, prustasi, secara sukses seehingga timbul ke harmonisan atau lingkunagn dan kalangan.
Penyesuaian ada 2 yaitu :
1. penyesuaian normal
2. peyesuain abnormal
Bentuk-Bentuk Penyesuain Diri
Penyesuaian normal adalah kemampuan penyesuaian diri secara sehat, yaitu kemampuan seseorang dalam merespon kebutuhan dan hakikat manusia. Bisa dikatakan penyesuaian normal apabila:
- Jika tidak ada konflik, tekanan, ketegangan
- Bisa merespon kebutuhan atau masalah secara positif dan baik
- Direspon dengan cara yang baik dan sehat
Penyesuian abnormal adalah kemampuan penesuan dirinya secara tidak sehat, sehingga tidak bisa merespon kebutuhan dan hakikat manusia. Hal ini disebabkan oleh:
- Mempunyai konflik, ketegangan, tekanan, ketegangan
- Tidak bisa merespon kebutuhan atau masalah secara positif dan baik
- Direspon dengan cara yang tidak baik dan tidak sehat.
Penyesuaian diri abnormal seperti:
1. Bertahan
- konpensasi, yaitu bentuk penyesuain dengan cara bertahan dan mengalihkan. Contohnya jika ada kekecewaan maka dialihkan pada bentuk lain.konpensasi ini ada yang baik dan ada yang tidak baik. Baik jika tidak menganggu dan menyinggung orang lain.
- Sublimasi yaitu mencari pendangan, yang mana apabila gagal dalam suatu hal, maka mengalihkan pada hal-hal yang lain, seperti menghalalkan segala cara.
- Proyeksi, yaitu apabila salah tapi tak mengakuinya, melainkan meleparkan atau mengarahkan pada orang lain.
2. Agresi, yaitu dengan cara menyerang, maksuknya apabila mempunyai masalah tetapi tidak bisa menyelesaikannya, maka akan dilampiaskan dengan marah pada orang lain.
3. Melarikan diri, maksud melarikan diri disini adalah lari dari kenyataan, tidak sanggup menghadapi dirinya sendiri, apabila ada masalah maka ia berfantasi, seperti tidur berlebihan.
Prinsip-Prinsip Hygiene mental
A. PENGERTIAN PRINSIP KESEHATAN MENTAL
Prinsip dalam kamus bahasa Indonesia berarti dasar, asas, (kebenaran yang menjadi dasar pokok berfikir, bertindak dan sebagainya). Prinsip hygiene mental adalah dasar-dasar yang menjadi pegangan dalam pelaksanaan untuk mencegah timbulnya ganguan mental atau jiwa dan emosi agar terbentuk manusia yang memiliki mental yang sehat.
B. PRINSIP-PRINSIP KESEHATAN MENTAL
Prinsip-prinsip kesehatan mental adalah sebagai berikut:
1. Terpenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok (inti)
Yaitu terpenuhi kebutuhan pokok, baik kebutuhan organis yaitu jasmani (makan, minum, dorongan seksual) dan rohani (kaasih sayang, ketuhanan, rasa aman), maupun kebutuhan sosial. Apabila kebutuhan ini tak terpenuhi maka akan mengakibatkan sakit mental. Ketegangan cenderung turun jika kebutuhan-kebutuhan terpenuhi, dan cenderung naik atau makin banyak jika kebutuhankebutuhan tak terpenuhi, seperti mengalami fruktasi atau hambatan-hambatan.
2. Kepuasan
Semua orang menginginkan kepuasan, baik bersifat jasmani maupun rohani. Manusia ingin puas dalam segala bidang, lalu timbul Sence of Importancy dan Sence of Mastery (kesadarannilai dirinya dan kesadaran penguasaannya) yang akan memberi rasa aman, senang, puas dan bahagia.
3. Posisi dan status sosial
Setiap individu selalu mencari posisi dan status sosial dalam lingkungannya. Apabila individu itu telah mendapatkan posisi dan status sosial dalam lingkungannya maka akan menimbulkan rasa simpati, aman, optimis, bergairah, menumbuhkan keberanian dan harapan untuk menghadapi masa yang akan datang.

Selasa, 01 Juni 2010

Terapi Realitas

Pengantar
Dewasa ini kita diperhadapkan dengan berbagai krisis kehidupan. Beban yang harus dipikul oleh sementara orang terasa begitu berat sebagai akibat dari persoalan yang datang silih berganti seakan-akan tiada akhirnya. Peristiwa-peristiwa seperti: bencana alam, krisis ekonomi berkepanjangan, ketiadaan lapangan pekerjaan, pemutusan hubungan kerja (PHK), persoalan rumah tangga serta seabrek persoalan kehidupan lainnya merupakan realitas yang tidak bisa disangkal. Situasi demikian diperburuk oleh melambungnya harga barang dan jasa, sementara rendahnya daya beli maupun merosotnya nilai mata uang kita semakin menambah berat beban hidup masyarakat kelas bawah. Belum lagi masalah pemukiman dan kebutuhan primer masyarakat miskin di kota-kota besar yang acapkali datang bersamaan. Bayangkan saja, jika sebuah keluarga miskin yang bermukim di kota besar suatu ketika harus menghadapi kenyataan masa kontrak rumahnya berakhir atau digusur; pada saat bersamaan ia sedang menganggur, anggota keluarganya ada yang sakit sedangkan kebutuhan makan-minum pun tidak ada lagi. Realitas kehidupan seperti ini menyebabkan banyak orang yang mengalaminya mengambil jalan pintas, menghalalkan segala cara, masa bodoh dan apatis, pesimis menghadapi hari esok. Bermacam-macam perilaku yang tidak bertanggungjawab disertai tindak kriminalitas merupakan hal yang mudah terjadi dalam masyarakat. Tak jarang pula ada yang harus mengalami gangguan emosional seperti, putus asa, stress. depresi, bunuh diri untuk mengakhiri kekalutan hidupnya.
Beberapa kasus dalam Perjanjian Lama menunjukkan bahwa ketidaksiapan menerima realitas menimbulkan persoalan spiritual dan psiko- emosional. Dua belas pengintai yang diutus Musa untuk mengamat-amati keadaan tanah Kanaan, menemukan realitas yang faktual mengenai penduduk negeri, kota-kotanya serta hasil buminya. Sepuluh orang pengintai itu, selain Kaleb dan Yosua, kemudian menimbulkan kepanikan dan ketakutan luar biasa di antara umat. Bangsa Israel kemudian bersungut-sungut melawan Musa dan Allah (Bil. 13-14:38). Realitas telah mempengaruhi perilaku mereka. Dengan begitu kecemasan, ketakutan, sungut-sungut dan pemberontakan lantas mewarnai keadaan umat Israel secara keseluruhan.
TERAPI REALITAS
A. Konsep Dasar
Terapi Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah daam rangka mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan.
Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dari terapist untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.\
Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang. Adalah William Glasser sebagai tokoh yang mengembangkan bentuk terapi ini. Menurutnya, bahwa tentang hakikat manusia adalah:
1.Bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia memiliki keunikan dalam kepribadiannnya.
2.Setiap orang memiliki kemampuan potensial untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya dia dapat menjadi seorang individu yang sukses.
3.Setiap potensi harus diusahakan untuk berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya menentukan nasibnya sendiri
B. Ciri-Ciri Terapi Realitas
1.Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.
2.Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.
3.Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga.
4.Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh konseli .
5.Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.
6.Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan., tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.
7.Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.

C. Tujuan Terapi
1.Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2.Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3.Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4.Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
5.Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

D. Proses Konseling (Terapi)
Konselor berperan sebagai:
1.Motivator, yang mendorong konseli untuk:
(a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya.
(b) merangsang klien untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkandirinya sendiri.

2.Penyalur tanggung jawab, sehingga:
(a) keputusan terakhir berada di tangan konseli.
(b) konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya sendiri.

3.Moralist; yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap perilakunya.

4.Guru; yang berusaha mendidik konseli agar memperoleh berbagai pengalaman dalam mencapai harapannya.
5.Pengikat janji (contractor); artinya peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.

Teknik-Teknik dalam Konseling

1.Menggunakan role playing dengan konseli
2.Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks
3.Tidak menjanjikan kepada konseli maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.
4.Menolong konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya.
5.Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
6.Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
7.Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya yang tak pantas.
8.Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.

Senin, 31 Mei 2010

komunikasi interpersonal dalam komplik

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicare” yang artinya sama. Jadi, secara etimologis komunikasi berarti proses untuk memperoleh pengertian yang sama. Berdasarkan arti praktisnya, komunikasi adalah suatu proses pengiriman atau penerimaan informasi, berita atau pesan antara dua orang atau lebih dengan menggunakan cara yang tepat, sehingga ingormasi, berita atau pesan yang dimaksud dapat dimengerti oleh keduanya.
Untuk lebih jelas lagi, berikut ini disajikan beberapa definisi komunikasi menurut para ahlinya.
1. Murphy, komunikasi adalah seluruh proses yang diperlukan untuk mencapai pikiran-pikiran yang dimaksud oleh orang lain.
2. Harwood, komunikasi adalah proses untuk membangkitkan perhatian orang lain yang bertujuan untuk menjalin kembali ingatan-ingatan.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pengiriman atau penyampaian berita atau informasi dari satu pihak kepada pihak lain dalam usaha untuk mendaparkan saling pengertian. Definisi tersebut memberi pengertian yang sangat luas, oleh karena tidak hanya menitik beratkan pada segi manusia saja tetapi juga proses, isi berita dan alatnya.
Setiap hari bahkan setiap saat orang-orang melakukan hubungan komunikasi. Tanpa berkomunikasi dengan orang lain maka kehidupan manusia sebagai makhluk sosial menjadi tidak bermakna. Komunikasi inilah yang menyebabkan kehidupan manusia dapat berkembang dan berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Komunikasi Interpersonal
Menurut Wiryanto (2004), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Sedangkan menurut Febrina (2008), komunikasi interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok-kecil.
Model Jendela Johari memusatkan pada keseimbangan komunikasi interpersonal.
Termasuk dalam komunikasi interpersonal adalah :
• Pidato
• Komunikasi nonverbal
• Penyimpulan
• Parafrase
Memiliki komunikasi interpersonal yang baik mendukung proses-proses seperti:
• Perdagangan
• Konseling
• Pelatihan
• Bimbingan
• Pemecahan konflik
Komunikasi interpersonal merupakan subyek dari beberapa disiplin dalam bidang psikologi, terutama analisis transaksional. Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi atau oleh kesombongan, sifat malu, dan lain-lain.



2. Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat .
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Faktor penyebab konflik
• Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
• Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.


• Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang.
Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
• Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
3. Jenis-jenis konflik.
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
• konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role).
• konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
• konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
• konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
• konflik antar atau tidak antar agama
• konflik antar politik.

4. Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
• meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
• keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
• perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
• kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
• dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
5. Peran Komunikasi Interpersonal Mengatasi Konflik.
Seperti yang kita ketahui bahwa komunikasi merupakan faktor penting dalam kehidupan, karena tanpa adanya komunikasi kegiatan manusia tidak akan berjalan dengan baik. Artinya melalui komunikasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian di antara orang–orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Ukuran manajemen komunikasi interpersonal yang efektif tergantung pada informasi yang disampaikan serta kualitas hubungan yang dibangun. ”Keberhasilan dalam mencapai ketepatan penyampaian informasi ditentukan oleh sifat, mutu informasi yang disampaikan di mana hal ini selanjutnya juga ditentukan oleh pengertian, keterangan, pengaruh sikap, hubungan yang makin baik serta tindakan”.
Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita mengetahui situasi dan kondisi serta karakteristik lawan bicara kita. Sebagaimana yang kita tahu,bahwa setiap manusia itu seperti sebuah radar yang melingkupi lingkungan. Manusia bisa menjadi sangat sensitif pada bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan, intonasi suara dan masih banyak lagi.
Untuk mengefektifkan komunikasi, dinamika komunikasi interpersonal harus senada dengan perkataan kita. Kata-kata lebih jarang digunakan oleh orang yang terlingkupi makna dari komunikasi itu sendiri. Tanpa menyadari adanya orang-orang semacam itu, yang melakukan komunikasi, termasuk faktor-faktor dalam dinamika komunikasi interpersonal, pasti kehilangan apa sesungguhnya yang akan dikomunikasikan.
Pada saat yang sama, jika orang berkomunikasi tanpa memahami keseluruhan dinamika komunikasi interpersonal dari hati dan pendengarannya orang yang diajak berkomunikasi maka orang tersebut telah gagal dalam berkomunikasi. Bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan dan intonasi suara akan membantu individu untuk memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan dan reliabilitas dari komunikasi itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat mempengaruhi pola pikir lawan bicara kita
Dengan demikian komunikasi interpersonal berfungsi untuk mengurangi atau mencegah timbulnya suatu konflik di dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat. Dengan adanya komunikasi interpersonal maka permasalahan kecil yang timbul dapat ditekan.
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:
1. Percaya (trust)
2. Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor sebagai berikut:
a. Karakteristik dan maksud orang lain.
artinya orang tersebut memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.
b. Hubungan kekuasaan.
artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
c. Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya keterbukaan.
Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.

3. Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:
a. Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, kita tidak perlu memberikan kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.
b. Orientasi masalah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menentukan cara mencapai tujuan.
c. Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang pendendam.
d. Empati: menganggap orang lain sebagai personal.
e. Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.
f. Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat sendiri.

4. Sikap terbuka, kemampuan menilai secara obyektif, kemampuan membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah keyakinannya, profesional dan lain-lain.
Tentunya yang diharapkan ketika konflik terjadi, dengan pendekatan komunikasi interpersonal ini maka kedua belah pihak akan berinteraksi untuk mencari jalan keluar
yang terbaik.
BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan

Bahwa hubungan dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat memerlukan komunikasi interpersonal guna untuk mencegah munculnya konflik kecil yang memungkinkan konflik tersebut menjadi besar. Dengan adanya komunikasi interpersonal permasalahan hal kecil akan segera terselesaikan karena adanya komunikasi interpersonal, apabila komunikasi interpersonal dalam suatu organisasi atau masyarakat tidak ada maka permasalahan kecil tidak akan tersampaikan pada pimpinan maupun sesama anggota sehingga dapat menimbulkan permsalahan tersebut menjadi besar. Jadi keberadaan komunikasi interpersonal sangat dibutuhkan.

B. Saran

Saran yang diajukan penulis yaitu perlu dilakukan perlu dimaksimalkan kegiatan-kegiatan yang melibatkan semua anggota masyarakat seperti acara arisan, ditingkatkan pembinaan dan pelatihan, serta membuat program kerja yang melibatkan keaktifan dari semua fungsi unit kerja. Sehingga dengan adanya kegiatan-kegiatan ini maka dengan sendirinya mereka akan melakukan komunikasi antara yang satu dengan yang lain dalam hal ini disebut komunikasi interpersonal.








DAFTAR PUSTAKA

1. Rahmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Penerbit Rosda
Andhika. 2009. Fungsi Komunikasi Interpersonal dalam Mengatasi Konflik Organisasi. http://andhikha.blogspot.com/2009/06/fungsi-komunikasi-interpersonal-dalam.html.

2. Komunikasi Interpersonal.http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_interpersonal
Rahmat, Jalaluddin. 2009. Komunikasi Interpersonal. http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/01/komunikasi-interpersonal.html.

3. Febrina, 2008. Pengertian KIP/K (Komunikasi Inter Personal/ Konseling)
http://www.lusa.web.id/komunikasi-antar-pribadi-interpersonal-communication/.

4. Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Grasindo.
http://www.lusa.web.id/komunikasi-antar-pribadi-interpersonal-communication/

Kamis, 27 Mei 2010

Bentuk-bentuk Mekanisme pertahanan

Bentuk-bentuk Mekanisme pertahanan
1. Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai.7 Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran.2 Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa “lupa” terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam tak sadar kealam sadar. Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.
2. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya.6 Rasa tidak nyaman dirasakan tetapi ditekan.4
Perlu dibedakan dengan represi, karena pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya.


3. Penyangkalan (denial)
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.4
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya.1,2
4. Proyeksi
Impuls internal yang tidak dapat diterima dan yang dihasilkannya adalah dirasakan dan ditanggapi seakan-akan berasal dari luar diri. Pada tingkat psikotik, hal ini mengambil bentuk waham yang jelas tentang kenyataan eksternal, biasanya waham kejar, dan termasuk persepsi persaan diri sendiri dalam orang lain dan tindakan selanjutnya terhadap persepsi (waham paranoid psikotok). Impuls mungkin berasal dari id atau superego (tuduhan halusinasi) tetapi dapat mengalami tranformasi dalam proses.
Jadi menurut analisis Freud tentang proyeksi paranoid, impuls libido, homoseksual dirubah menjadi rasa benci dan selanjutnya diproyeksikan kepada sasaran impuls homoseksual yang tidak dapat diterima.4 Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Misalnya presentasi olah raga yang kurang baik dengan alasan sedang sakit flu atau tidak naik kelas karena gurunya sentiment. Mekanisme proyeksi ini digunakan oleh pasien yang menyebabkan gejala waham atau pasien paranoid.

5. Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi.2 Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.5
6. Reaksi Formasi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.
7. Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat.
Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
8. Pengelakan atau salah pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan.
9. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.
10. Simbolisasi
Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan.
11. Konversi
Konversi merupakan proses psikologi dengan menggunakan mekanisme represi, identifikasi, penyangkalan, pengelakan dan simbolis. Suatu konflik yang berakibat penderitaan afek akan dikonversikan menjadi terhambatannya fungsi motorik atau sensorik dalam upayanya menetralisasikan pelepasan afek. Dengan paralisis atau dengan gangguan sensorik, maka konflik dielakkan dan afek ditekan. Hambatan fungsi merupakan symbol dari keinginan yang ditekan. Seringkali konversi memiliki gejala atas dasar identifikasi.
12. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.
13. Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.
14. Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang lain. Kompensasi ini dirangsang oleh suatu masyarakat yang bersaing. Karena itu yang bersangkutan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya karena kurang mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasiakan dalam juara olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti.7
15. Pelepasan (Undoing)
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social.
16. Penyekatan Emosional (Emotional Insulation)
Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang mempunyai tingkat keterlibatan emosionalnya dalam keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan. Sebagai contoh, melindungi diri terhadap kekecewaan dan penderitaan dengan cara menyerah dan menjadi orang yang menerima secara pasif apa saja yang terjadi dalam kehidupan.
17. Isolasi (Intelektualisasi dan disosiasi)
Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang yang kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang sudah tidak menderita lagi” dan sambil tersenyum.
18. Pemeranan (Acting out)
Pemeran mempunyai sifat yaitu dapat mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh berbagai keinginan yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya. Dalam keadaan biasa, hal ini tidak dilakukan. Kecuali bila orang tersebut lemah dalam pengendalian kesusilaannya. Dengan melakukan perbuatan tersebut, maka akan dirasakan sebagai meringankan agar hal tersebut cepat selesai.7
KESIMPULAN
Mekanisme pertahanan yang terdiri dari bermacam-macam cara dan seperti diketahui manusia merupakan mahluk yang tertinggi tingkat perkembangannya sehingga suatu pendektan terhadap manusia harus menyangkut semua unsure baik organik, psikologik dan social. Hal ini dinamakan pendektan holistic. Semua mekanisme pertahanan ini bermaksud untuk mempertahankan keutuhan pribadi dan digunakan dalam berbagai tingkat dengan bermacam-macam cara. Mekanisme pertahanan dapat diangggap normal dan diperlukan atau diinginkan, kecuali bila digunakan secara sangat berlebihan sehingga mengorbankan efisiensi penyesuaian diri dan kebahagiaan individu dan kelompok. Perlu diwaspadai bahwa dengan hanya mengamati satu macam tindakan belum berarti bahwa perilaku tersebut sudah merupakan suatu jenis pembelaan ego. Sebagai contoh, bila seorang terlampau sering memberikan sumbangan sudah berarti pelepasan atau tebusan. Tindakan tersebut perlu dipertimbangan juga kepribadian orang tersebut dan memotivasinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis, W. F. : catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press; Surabaya, 1980 p 37-38, 65-84.
2. Hatta Kusumawati, Dra. M.Pd SEKILAS TENTANG TEORI KEPRIBADIAN SIGMUD FREUD DAN APLIKASINYA DALAM PROSES BIMBINGAN diunduh dari http://www.acehinstitute.org/opini_kusumawati_soal_simund_freud.html tanggal 9 Juli 2009
3. Mekanisme pertahanan ego diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanisme_pertahanan_ego tanggal 9 Juli 2009
4. Kaplan, H.I Sadock, B.J., Grebb, J.A : Synopsis of Psychiatry, “Bahavioral Sciences Clinical Psychiatry”, seventh edition. Wiliiam and Willkins; England, 1994, p.369-378.
5. Mekanisme pertahanan diri diunduh dari http://rizkyp13.multiply.com/journal/item/71/Mekanisme_pertahanan_Diri_tanggal 9 Juli 2009
6. Sistem pertahanan ego http://psikologiupi.blogspot.com /2008/09/system-pertahanan-ego-yang-wajib-di.html tanggal 9 juli 2009
7. Pertahanan ego diunduh dari http://trescent .wordpress.com/2007/08/15/pertahanan-ego/ tanggal 9 Juli 2009

LOGIKA DAN STATISTIKA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

A. PENGERTIAN BERPIKIR SECARA ILMIAH

“Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan” Oleh karena itu, proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan diperlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir ilmiah.

Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana berpikir ilmiah berupa:

1. Bahasa Ilmiah.

2. Logika dan metematika.

3. Logika dan statistika.

Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika dan matematika mempunyai peran penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum”.

Sarana berpikir ilmiah digunakan sebagai alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah. “Sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan.

Dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah pada dasarnya ilmu menggunakan penalaran induktif dan deduktif, dan sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara tersebut. Berdasarkan cara mendapatkan pengetahuan tersebut jelaslah bahwa sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan sarana ilmu yang berupa : bahasa, logika, matematika, dan statestika”. Sedangkan “fungsi sarana berfikir ilmiah adalah untuk membantu proses metode ilmiah, baik secara deduktif maupun secara induktif.
Kemampuan berpikir ilmiah yang baik sangat didukung oleh penguasaan sarana berpikir dengan baik pula. Maka dalam proses berpikir ilmiah diharuskan untuk mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.

Berpikir ilmiah menyadarkan diri kepada proses metode ilmiah baik logika deduktif maupun logika induktif. Ilmu dilihat dari segi pola pikirnya merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif.

B. LOGIKA DAN STATISTIKA

Perkataan logika berasal dari kata “logos” bahasa Yunani yang berarti kata atau pikiran yang benar. Kalau ditinjau dari segi logat saja, maka ilmu logika itu berarti ilmu berkata benar atau ilmu berpikir benar. Dalam bahasa Arab dinamakan ilmu manthiq yang berarti ilmu bertutur benar.

Dalam Kamus Filsafat, logika – Inggris – logic, Latin: logica, Yunani: logike atau logikos [apa yang termasuk ucapan yang dapat dimengerti atau akal budi yang berfungsi baik, teratur, sistematis, dapat dimengerti] Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah

Logika sebagai cabang filsafat – adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan.

Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.

Logika sama tuanya dengan umur manusia, sebab sejak manusia itu ada manusia sudah berpikir, manusia berpikir sebenarnya logika itu telah ada. “Hanya saja logika itu dinamakan logika naturalis, sebab berdasarkan kodrat dan fitrah manusia saja. Manusia walaupun belum mempelajari hokum-hukum akal dan kaidah-kaidah ilmiah, namun praktis sudah dapat berpikir dengan teratur.

Akan tetapi bila manusia memikirkan persoalan-persoalan yang lebih sulit maka seringlah dia tersesat. Misalnya, ada dua berita yang bertentangan mutlak, sedang kedua-duanya menganggap dirinya benar. Dapatlah kedua-duanya dibenarkan semua? Untuk menolong manusia jangan tersesat dirumuskan pengetahuan logika. Logika rumusan inilah yang digunakan logika artificialis.

Logika bukan ilmu yang baru muncul, perumusan kaidah-kaidah logika untuk berpikir benar dipelopori Aristoteles yang hidup pada tahun 348-322 SM, dengan bukunya Organon yang berarti instrument [alat], alat untuk berpikir benar. “Aristoteles dianggap sebagai pelopor pembukuan pengetahuan logika. Tidak berarti belum Aristoteles belum ada kaidah-kaidah berpikir yang benar [logika]. Sebenarnya di negara-negara Timur Kuno [Mesir, Babilon, India, dan Tiongkok], diakui telah terdapat semacam kaidah-kaidah berpikir yang dianggap benar, hanya saja belum teratur sistematikanya seperti rumusan logika Aristoteles.

Memang diakui sejak manusia ada sampai sekarang selalu menggunakan akal pikirannya dalam melakukan setiap kegiatan, baik kegiatan berpikir alamiah [naturalis] maupun kegiatan berpikir yang sifat kompleks. Tetapi dalam melakukan kegiatan berpikir yang benar diperlukan kaidah-kaidah tertentu yaitu berpikir yang tepat, akurat, rasional, objktif dan kritis atau proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Proses berpikir semacam ini adalah cara berpikir atau penalaran yang terdapat dalam kaidah-kaidah logika.

Agar pengetahuan yang dihasilkan dari proses berpikir mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir dilakukan dengan cara tertentu. Cara berpikir logic dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Logika Induktif – cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Untuk itu, penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

b Logika Deduktif – cara berpikir di mana pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogismus. Silogismus. Disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Contoh :

karakteristik berpikir silogismus : Semua makhluk hidup mesti akan mati [premis mayor], Si Pulan adalah makhluk hidup [premis minor], Jadi si Pulan mesti mati [kesimpulan – konklusi].

Kesimpulan bahwa si Pulan mesti mati, menurut Jujun S. Suriasumantri, kesimpulan tersebut adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya. Sedangkan pertanyaan apakah kesimpulan ini benar, maka hal ini harus dikembalikan kebenarannya pada premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang mendukungnya benar, maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan tersebut benar. Tetapi dapat saja kesimpulan tersebut salah, walaupun kedua premisnya benar, sebab cara penarikan kesimpulannya salah.

Contoh berpikir induktif, simpulan yang diharapkan berlaku umum untuk suatu kasus, jenis, dan peristiwa, atau yang diharapkan adalah agar kasus-kasus yang bersifat khusus dapat dimasukkan ke dalam wilayah umum, yang menjadi simpulan. Misalnya : [1] P – penduduk desa A = adalah pegawai, [2] Q – penduduk desa A = adalah pegawai, [3] R – penduduk desa A = adalah pegawai, [4] S – penduduk desa A = adalah pegawai, [5] Y – penduduk desa A = adalah pegawai, [6] Z – penduduk desa A = adalah pegawai. Kesimpulan – jadi semua penduduk [ P sampai Z ] yang mendiami desa A adalah pegawai. Menurut Kasmadi, dkk., pola berpikir ini adalah berpikir induksi komplet.

C. STATISTIKA dan BERPIKIR ILMIAH

Statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan maupun pengukuran. Dengan statistika kita dapat melakukakn pengujian dalam bidang keilmuan sehingga banyak masalah dan pernyataan keilmuan dapat diselesaikan secara faktual.
Pengujian statistika adalah konsekuensi pengujian secara emperis. Karena pengujian statistika adalah suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis. Artinya, jika hipotesis terdukung oleh fakta-fakta emperis, maka hipotesis itu diterima sebagai kebenaran. Sebaliknya, jika bertentangan hipotesis itu ditolak”. …Maka, pengujian merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mencapai simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual.

Dengan demikian berarti bahwa penarikan simpulan itu adalah berdasarkan logika induktif27. Pengujian statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat kesulitan dari kesimpulan yang ditarik tersebut, pada pokoknya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil makin tinggi pula tingkat kesulitan kesimpulan tersebut. Sebaliknya, makin sedikit contoh yang diambil maka makin rendah pula tingkat ketelitiannya. Karakteristik ini memungkinkan kita untuk dapat memilih dengan seksama tingkat ketelitian yang dibutuhkan sesuai dengan hakikat permasalahan yang dihadapi. …Selain itu, statistika juga memberikan kesempatan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kesulitan antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat emperis.

Selain itu, Jujun S. Suriasumantri juga mengatakan bahwa pengujian statistik mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di sebuah tempat, maka nilai tinggi rata-rata yang dimaksud merupakan sebuah kesimpulan umum yang ditarik dalam kasus-kasus anak umur 10 tahun di tempat itu.

Dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkan logika induktif.
Logika induktif, merupakan sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut dengan logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan. Oleh karena itu kesimpulan hanyalah kebolehjadian, dalaam arti selama kesimpulan itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar.

Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan dan kesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah. Misalnya, jika selama bulan November dalam beberapa tahun yang lalu hujan selalu turun, maka tidak dapat dipastikan bahwa selama bulan November tahun ini juga akan turun hujan.

Kesimpulan yang dapat ditarik dalam hal ini hanyalah mengenai tingkat peluang untuk hujan dalam tahun ini juga akan turun hujan”. Maka kesimpulan yang ditarik secara induktif dapat saja salah, meskipun premis yang dipakainya adalah benar dan penalaran induktifnya adalah sah, namun dapat saja kesimpulannya salah. Sebab logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang.

Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia, umpamanya, bagimana caranya kita mengumpulkan data sampai pada kesimpulan tersebut. Hal yang paling logis adalah melakukan pengukuran tinggi badan terhadap seluruh anak 10 tahun di Indonesia .

Pengumpulan data seperti ini tak dapat diragukan lagi akan memberikan kesimpulan mengenai tinggi rata-rata anak tersebut di negara kita, tetapi kegiatan ini menghadapkan kita kepada persoalan tenaga, biaya, dan waktu yang cukup banyak. Maka statistika dengan teori dasarnya teori peluang memberikan sebuah jalan keluar, memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi. Jadi untuk mengetahui tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia kita tidak melakukan pengukuran untuk seluruh anak yang berumur tersebut, tetapi hanya mengambil sebagian anak saja.

Untuk berpikir induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut Herbert L.Searles [1956]33, diperlukan proses penalaran sebagai berikut:

1. Langkah pertama, mengumpulan fakta-fakta khusus. Metode khusus yang digunakan observasi [pengamatan] dan eksperimen. Observasi harus dikerjakan seteliti mungkin, eksperimen terjadi untuk membuat atau mengganti obyek yang harus dipelajari.

2. Langkah kedua, dalam induksi ialah perumusan hipotesis. Hipotesis merupakan dalil sementara yang diajukan berdasarkan pengetahuan yang terkumpul sebagai petunjuk bagi peneliti lebih lanjut. Hipotesis ilmiah harus memenuhi syarat sebagai berikut: harus dapat diuji kebenarannya, harus terbuka dan dapat meramalkan bagi pengembangan konsekuensinya, harus runtut dengan dalil-dalil yang dianggap benar, hipotesisi harus dapat meenjelaskan fakta-fakta yang dipersoalkan.

3. Langkah ketiga, dalam hal ini penalaran induktif ialah mengadakan verifikasi. Hipotesis adalah sekedar perumusan dalil sementara yang harus dibuktikan atau diterapkan terhadap fakta-fakta atau juga diperbandingkan dengan fakta-fakta lain untuk diambil kesimpulan umum. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yakni makin banyak bahan bukti yang diambil makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut.

Demikian sebaliknya, makin sedikit bahan bukti yang mendukungnya semakin rendah tingkat kesulitannya. Memverifikasi adalah membuktikan bahwa hipotesis ini adalah dalil yang sebenarnya. Ini juga mencakup generalisasi, untuk menemukan hukum atau dalil umum, sehingga hipotesis tersebut menjadi suatu teori.

4. Langkah keempat, teori dan hukum ilmiah, hasil terakhir yang diharapkan dalam induksi ilmiah adalah untuk sampai pada hukum ilmiah. Persoalan yang dihadapi oleh induksi ialah untuk sampai pada suatu dasar yang logis bagi generalisasi dengan tidak mungkin semua hal diamati, atau dengan kata lain untuk menentukan pembenaran yang logis bagi penyimpulan berdasarkan beberapa hal untuk diterapkan bagi semua hal. Maka, untuk diterapkan bagia semua hal harus merupakan suatu hukum ilmiah yang derajatnya dengan hipotesis34 adalah lebih tinggi.

Untuk itu, statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif. Bagaimana seseorang dapat melakukan generalisasi tanpa menguasai statistik? Memang betul tidak semua masalah membutuhkan analisis statistik, namun hal ini bukan berarti, bahwa kita tidak perduli terhadap statistika sama sekali dan berpaling kepada cara-cara yang justru tidak bersifat ilmiah35.



DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens, 1996, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta .

Bakry, Hasbullah, 1981, Sistimatika Filsafat, Widjaja, Jakarta ,

Gie, The Liang, 1991, Pengantar Filsafat Ilmu, Edisi kedua [diperbaharui], Liberty , Yogyakarta .

Jujun S. Suriasumantri, 1988, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta .

Kasmadi, Hartono, dkk., 1990, Filsafat Ilmu, IKIP Semarang Press, Semarang .

Kattsoff, Louis O. 1986, Pengantar Filsafat, Terjemahan Soejono Soemargono, Tiara Wacana, Yogyakarta .

Kusumah, Yaya S., 1986, Logika Matematika Elementer, Bandung .

Puswanto, M. Ngalim, 1992, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung .

Sunoto, 1982, Mengenal Filsafat Pancasila I, Edisi II, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta .

Suriasumantri, Jujun S., 1997, Ilmu dalam Perspektif, Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Yayasan Obor Indonesia , Jakarta .

Tim Dosen Filsafat Ilmu, Fakultas Filsafat UGM, 1992, Filsafat Ilmu, Liberti, Yogyakarta .

Wojowasito, S.,– W.J.S. Poerwadarminto, 1980, Kamus Lengkap Inggris Indonesia – Indonesia Inggris, Hasta, Bandung .

RUANG LINGKUP PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENDIDIKAN / SEKOLAH

Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting, baik bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat pada umumnya. Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di bentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat.



1. Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang-bidang lainnya

Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus. Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah, Mortensen dan Schmuller 1976 mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang sedang terkait. Bidang-bidang tersebut hendaknya secara lengkap ada apa bila di inginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi secara optimal kebutuhan peserta didik dalam proses perkembangannya. Terdapat tiga bidang dalam pelayanan pendidikan di sekolah yaitu :

· Bidang Kurikulum dan Pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.

· Bidang Administrasi atau Kepemimpinan yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan adninistrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiyayaan, pengadaan, dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik dan pengawasan.

· Bidang Kesiswaan yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini di kenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.

Kendatipun ketiga bidang tersebut tampaknya terpisah antara satu dengan yang lainnya, namun semuanya memiliki arah yang sama, yaitu memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal peserta didik. Antara bidang yang satu dengan bidang yang lain terdapat hubungan yang saling isi mengisi. Misalnya proses belajar mengajar akan dapat berjalan dengan efektif apa bila siswa terbebas dari masalah-masalah yang menganggu proses belajarnya



2. Tanggung jawab konselor sekolah

Tenaga inti dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling ialah konselor. Konselor inilah yang mengendalikan dan sekaligus melaksanakan berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya itu konselor menjadi “ pelayan “ bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembangan masing-masing peserta didik sebagaimana telah di sebutkan di atas.

· Tanggung jawab konselor kepada siswa yaitu konselor memiliki :

Ø Memiliki kewajiban dan kesetiaan utama dan terutama kepada siswa yang harus di perlakukan sebagai individu yang unik

Ø Memperhatikan sepenuhnya segenap kebutuhan siswa dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi setiap siswa.

Ø Memberi tahu siswa tentang tujuan dan teknik layanan bimbingan dan konseling serta aturan ataupun prosedur yang harus di lalui apa bila ia menghendaki bantuan bimbingan dan konseling.

Ø Tidak mendesak kepada siswa

Ø Menjaga kerahasiaan data tentang siswa.

Ø Memberi tahu pihak yang berwenang apa bila ada petunjuk kuat sesuatu yang berbahaya akan terjadi.

Ø Menyelenggarakan pengungkapan data secara tepat dan memberi yahu siswa tentang hasil kegiatan itu dengan cara sederhana dan mudah di mengerti.

Ø Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan propesional..

Ø Melakukan referral kasus secara tepat.

· Tanggung jawab kepada orang tua yaitu bahwa konselor :

Ø Menghormati hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dan berusaha sekuat tenaga membangun hubungan yang erat dengan orang tua demi perkembangan siswa.

Ø Memberi tahu orang tua peranan konselor dengan asas kerahasiaan yang di jaga secara teguh.

Ø Menyediakan untuk orang tua berbagai informasi yang berguna dan menyampaikannya dengan cara yang sebaik-baiknya untuk kepentingan perkembangan siswa.

Ø Memperlakukan informasi yang di terima dari orang tua dengan menerapkan asas kerahasiaan dan dengan cara yang sebaik-baiknya.

Ø Menyampaikan informasi hanya kepada pihak-pihak yang berhak mengetahui informasi tersebut tanpa merugikan siswa dan orang tunya.

· Tanggung jawab kepada sejawat, yaitu bahwa konselor :

Ø Memperlakukan sejawat dengan penuh kehormatan, keadilan, keobjektifan, dan kesetiakawanan.

Ø Mengembangkan hubungan kerja sama dengan sejawat dan staf administrasi demi terbinanya pelayanan bimbingan dan konseling yang maksimum.

Ø Membangun kesadaran tentang perlunya asas kerahasiaan, perbedaan antara data umum dan data pribadi, serta pentingnya konsultasi sejawat.

Ø Menyediakan informasi yang tepat, objektif, luas dan berguna bagi sejawat untuk membantu menangani masalah siswa.

Ø Membantu proses alih tangan kasus.

· Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat, yaitu bahwa konselor :

Ø Mendukung dan melindungi program sekolah terhadap penyimpangan-penyimpangan yang merugikan siswa.

Ø Memberitahukan pihak-pihak yang bertanggung jawab apa bila ada sesuatu yang menghambat atau merusak misi sekolah..

Ø Mengembangkan dan meningkatka peranan dan fungsi bimbingan dan konseling untuk memenuhi kebutuhan segenap unsur-unsur sekolah dan masyarakat.

Ø Bekerjasama dengan lembaga, organisasi, dan perorangan baik di sekolah maupun di masyarakat demi pemenuhan kebutuhan siswa.

· Tanggung jawab kepada diri sendiri, bahwa konselor :

Ø Berfungsi secara profesional dalam batas-batas kemampuannya serta menerima tanggung jawab dan konsekuensinya..

Ø Menyadari kemungkinan pengaruh diri pribadi terhadap pelayanan yang di berikan kepada klien.

Ø Memonitor bagaimana diri sendiri berfungsi, dan bagaimana tingkat keefektifan pelayanan serta menahan segala sesuatu kemungkinan merugikan klien.

Ø Selalu mewujudkan prakarsa demi peningkatan dan pengembangan pelayanan professional.

· Tanggung jawab kepada profesi, yaitu bahwa konselor :

Ø Bertindak sedemikian rupa sehingga menguntungkan diri sendiri sebagai konselor dan profesi.

Ø Melakukan penelitian dan melaporkan penemuannya sehingga memperkaya khasanah dunia bimbingan dan konseling.

Ø Berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan organisasi profesional bimbingan konseling baik di tempatya sendiri, di daerah, maupun dalam lingkungan nasional.

Ø Menjalankan dan mempertahankan standar profesi bimbingan dan konseling serta kebijaksanaan yang berlaku berkenaan dengan pelayanan bimbingan dan konseling.

Ø Membedakan dengan jelas mana pernyataan yang bersifat pribadi dan mana pernyataan yang menyangkut profesi bimbingan serta memperhatikan dengan sungguh-sungguh implikasinya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling.

Warga masyarakat yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya mereka yang berada di lingkungan sekolah ataupun pendidikan formal saja. Waraga masyarkat dim luarpun juga banyak yang mengalami masalah yang perlu di tentaskan, dan kalau mungkin timbulnya masalah-masalah itu justru dapat di cegah.